Menyapa Senja.

hari ini, aku berbicara kepada Ibu, seperti biasanya saja. 
tak ada yang spesial, hanya sekedar pembicaraan datar, yang tak pernah terasa hanya untuk sekedar berbasa-basi.
karena bicara kepadanya adalah suatu kebahagiaan tersendiri, bagiku, yang mulai tak punya waktu di hari-harinya menginjak senja.  

kami berbicara mengenai senja dimatanya, dan dimataku.

baginya, senja itu berwarna sephia. membuatnya kembali mengecap masa lalu, membuatnya melakukan hal, yang kembali ia sukai lakukan di usianya yang sekarang. 
Entah, bagiku senja itu berwarna gelap, abu-abu. Senja yang selalu merenggut setiap usia dan tawaku. terlebih, ia merenggut setiap orang secara perlahan. satu per satu. 

Beliau berkata, "Janganlah kau membenci senja. Tak ada aturan bagi kita untuk membenci sesuatu yang tak dapat kita lawan. Setidaknya, awan senja tak selalu berwarna gelap, bukan?"

aku mengangguk. 

Ternyata, ini saatnya bagiku membiarkan pendewasaan diri berjalan. setelah begitu banyak hal mendewasakan tubuh mungilku dengan paksa. sudah waktunya. Selamat datang, senja. aku akan menyerah tanpa perlawanan. 


Komentar

Postingan Populer