My thoughts of being in a marriage

Aku menikah di usia 24, setelah menyelesaikan studi lanjutan, dan sudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Orang-orang disekitarku juga sudah mulai memutuskan untuk berkomitmen... Jadi, waktu itu aku merasa, "Inilah waktu yang tepat untuk menikah. Apalagi yang harus ditunggu?'

Namun sepertinya, menikah bukan hanya soal menemukan teman yang bisa diajak bekerjasama. Bukan hanya soal menghasilkan keturunan. Bukan juga hanya soal mencari kebahagiaan. Bahkan, kalo aku boleh jujur, jarang ada kebahagiaan dalam pernikahan.

Setiap kali partnerku terasa begitu menyebalkan, aku selalu menelan ludah, ingin sekali rasanya menyumpal mulutku untuk tidak meminta bercerai. Karena aku tau, sudah terlalu terlambat untuk berputar balik. Sudah ada buah yang kami petik dari kebahagiaan kami di awalnya.

Memutuskan untuk menikah, juga tidak seharusnya dengan harapan bahwa pasanganmu akan membuatmu bahagia. Ini yang ada didalam ceritaku.

Sekarang aku menyadari, bahwa aku menikah dengan seseorang yang sungguh tak pernah ku kenal. Seseorang yang begitu asing, yang tiba2 saja mengajak untuk menikah. Seseorang yang baik, yang berkata akan selalu memberikan kebahagiaan. Tapi, aku rasa, itu adalah cita-cita yang muluk-muluk. Mana mungkin orang yang akan selalu memberimu kebahagiaan bisa tertidur, bahkan mendengkur, ketika kamu sedang menangis?

Lalu, terkadang, aku bertanya-tanya.. Jika aku merasa terjebak dengan status "menikah" di usia pernikahanku yg sangat dini, ada berapa juta orang yang terperangkap di luar sana? Ada berapa juta pula orang yang berpura-pura bahagia? Ada berapa juta orang yang begitu berjuang untuk tetap bergandeng tangan disaat tidak lagi searah?

Dan misalnya pun, kebahagiaan dapat diraih dengan berpisah.. Kebahagiaan yang seperti apa? Apakah bisa bahagia saat mendengar bahwa "mantan" partnermu jatuh sakit? Apakah bisa bahagia saat tidur diranjang yang dulu sering dipakai beriistirahat bersama? Apakah bisa bahagia saat anak yang seharusnya milik berdua, jadi terbagi dalam beberapa hari milikku, dan beberapa hari milikmu?

Membahas soal anak. Mungkin Tuhan memberi kami momongan dengan begitu cepat karena Tuhan tau, bahwa suatu saat, kami... bukan, tepatnya aku, akan berada di titik ini. Berada di titik dimana aku kembali mempertanyakan orang yang aku pilih.

Aku rasa, akan lebih mudah bagiku untuk meminta berpisah jika diantara kami belum ada buah hati. Tetapi jika ada seperti ini, melontarkannya pun butuh keberanian.. Membayangkan jika suatu saat, anak ini hanya bergandengan tangan dengan salah satu orangtuanya.. Bahkan harus memilih salah satunya. Jika dia tidak memilihku, apa yang harus ku lakukan? Menduplikat anakku?

Begitu banyak hal berkecamuk didalam hati yang kadang tidak dapat dikeluarkan. Yang akhirnya harus ditulis hingga redam. Ada masa dimana komunikasi secara verbal mandek, padahal dulunya kamu merasa kamu menemukan orang yang sangat "nyambung" untuk diajak ngobrol. Tapi khusus untuk "nyambung" ini, aku tau di awal bahwa akan ada masalah untuk ini karena dunia kami sudah sangat berbeda. Aku mungkin terlalu memaksa untuk "nyambung" dengannya, padahal tidak sama sekali.

Pada akhirnya, aku cuma bisa menyimpulkan bahwa menikah tidak segampang itu. Ini bukan soal waktu, kesiapan, kebahagiaan, ataupun melanjutkan keturunan. Ini soal menyembuhkan luka partnermu ketika kamu sakiti, dan soal menyembuhkan lukamu sendiri karena tidak dimengerti.

Sekarang, begitu jelas, nyata bagiku untuk mengerti perkataan "buka mata dan mulut lebar2 saat berpacaran, dan tutup mata dan mulut rapat2 saat menikah". Karena, memang begitulah ternyata pernikahan. Ini hanyalah soal menerima, menerima, dan menerima. Baik kelebihan maupun kekurangan orang yang kamu pilih. Dan tanggung jawab, karena kamu sendirilah yang dulu membawanya ke altar abadi.

*Kalo kamu kira pernikahanku bermasalah, dan aku membeberkannya disini.. Kamu harus tau, ini cuma karena aku lagi kesel sama partnerku. Dan diluar sana, ada banyak pernikahan yang karam tanpa mereka tulis. Kamu saja yang tidak tau :p"*








Komentar

Postingan Populer