Lelaki didepan pintu

Minggu ini tiba-tiba ada seorang lelaki muncul didepan pintu kamarku. Ini bukan pagi hari. Bukan pula malam hari. Ini tepat pukul lima lebih lima belas di sore hari. Mengapa ia berkunjung di senja seperti ini?

Dia tersenyum. Dia sangat manis. Perawakannya yang tak terlalu tinggi--tapi tentu saja lebih tinggi dariku--disinari oleh cahaya matahari sore yang menghantarkan siluetnya hingga menyentuh ujung jari kakiku.

Aku terpaku. Haruskah menyuruhnya masuk?

Siapa yang membukakan pintu? Biasanya pintu ini terkunci rapat.

Tetapi dia juga bungkam. Enggan pergi menjauh, juga enggan mendekat.

Dia tertawa. Aku pun ikut tertawa.

Aku tak akan menyuruhmu masuk jika bukan kamu sendiri yang masuk.

"ssst. Ayah'mu yang membukakan pintu. Tapi Beliau berkata jika aku tak boleh masuk sampai kamu siap."

"ohhh.." Aku tersenyum.

"Tapi pintu ini akan segera menutup lagi jika kamu tidak dengan segera masuk, Kak."

Kamu tersenyum. Kamu membalikkan badanmu dan mengayuh langkahmu.

Aku tersenyum kecut. Aku berjalan hendak menutup pintu ketika kamu berbalik, berjalan menuju ke arahku.

"Dua minggu lagi aku akan kembali kesini. Menanyakan kesiapanmu. Ayahmu menyuruhku masuk. Aku juga sangat ingin masuk. Tetapi jika kamu tetap ragu ketika aku kembali kesini, 14 hari dari hari ini, maka aku akan pergi menjauh, dan tak mengetuk pintu'mu lagi."

"Kamu tidak mengetuk pintuku." Serayaku sambil bingung.

"Karena sebelum aku mengetuk, pintu'mu sudah terbuka sendiri, sayang." Kamu tertawa sambil membalikkan badan. Siluet tubuhmu hilang ketika kamu pergi menjauh.


Sebal. Kenapa pintu'ku dibukakan oleh Ayah?

Komentar

Postingan Populer